Konflik dalam sebuah organisasi,
termasuk organisasi besar seperti negara adalah hal biasa. Konflik bisa terjadi
karena faktor internal dan eksternal. Badai ujian berupa kebaikan dan keburukan
ini jika dikelola dengan baik sesungguhnya bisa mendatangkan berkah untuk
meningkatkan kedewasaan dalam berorganisasi.
Allah berfirman : “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi
dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh
Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS
Al-Anbiya’:35).
Dalam konteks organisasi, ujian
bisa berupa persaingan antar anggota untuk menunjukkan kelebihan masing-masing,
menguasai organisasi untuk kepentingan pribadi, dan konflik antar anggota
karena perbedaan persepsi dll. Namun jika konflik ini tidak dikelola dengan
baik maka yang akan terjadi adalah krisis organisasi yang bisa berujung pada
kehancuran organisasi.
Saat terjadi badai krisis,
dibutuhkan sosok pemimpin yang piawai mengendalikan situasi. Kita lihat dalam
sejarah, ketika Rasulullah SAW wafat, memang telah membawa dampak yang sungguh
besar dalam ke-imanan seseorang kala itu. Krisis ini tidak hanya menerpa mereka
yang memang jauh dari Madinah, atau jauh dari Rasulullah, akan tetapi juga
dialami beberapa sahabat.
Sampai-sampai sahabat sekelas
Umar bin Khaththab pun linglung mendengar kematian Rasulullah SAW, Umar hanya
berdiri mematung. Seperti tak sadarkan diri dia berkata, “...Demi Allah, Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam benar-benar akan
kembali. Maka tangan dan kaki orang-orang yang beranggapan bahwa beliau
meninggal dunia, hendaknya dipotong.”
Kala itu, langit Madinah seperti
berubah menjadi suram. Melihat situasi yang tidak kondusif ini, Abu Bakar
tampil menyampaikan komunikasi efektif untuk mengembalikan keadaan dengan
kata-katanya yang terkenal, “Barang siapa
di antara kalian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah
meninggal dunia. Tapi barang siapa di antara kalian menyembah Allah, maka
sesunggunya Allah itu Maha Hidup dan tidak meninggal.” Kemudian Abu Bakar
membacakan Surat Ali Imran ayat 144.
Dari kisah ini kita bisa
mengambil ibroh, bagaimana sikap organisasi saat dilanda krisis agar tidak
terjadi krisis organisasi yang berkepanjangan. Pertama, meminta
pertolongan Allah SWT. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 45 : “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu...”.
Dalam ayat ini Allah SWT telah menjelaskan bahwa
sabar dan shalat merupakan
sarana meminta tolong yang terbaik ketika menghadapi berbagai kesulitan.
Rasulullah saw selaku uswah hasanah, telah memberi contoh yang konkrit dalam
mengamalkan ayat ini. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
dijelaskan bahwa, “Sesungguhnya Rasulullah saw apabila menghadapi suatu
persoalan, beliau segera mengerjakan shalat“.
Kedua, perkokoh
ikatan persaudaraan. Ukhuwah atau ikatan persaudaraan sangat dibutuhkan saat
terjadi krisis organisasi, karena dengan ukhuwah ini semua anggota organisasi
baik dari level atas hingga tingkat terendah bahu membahu-membahu saling
mendukung dan menguatkan agar organisasi tidak tumbang.
Dan persaudaraan ini juga sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW, bahkan
Allah SWT sendiri akan memberikan bantuan-Nya kepada kita yang menjalin dan
menguatkan persaudaraan.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar r.a,
bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Seorang
muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, janganlah ia menzhaliminya dan
membiarkannya. Barangsiapa membantu menutupi kebutuhan saudara seislam, maka
Allah akan membantu menutupi kebutuhannya. Barangsiapa membebaskan seoarang
muslim dari suatu kesulitan niscaya Allah akan membebaskan seorang musilm dari
suatu kesulitan niscaya Allah akan membebaskannya dari kesulitan-kesulitan pada
hari kiamat. Barangsiapa menutupi aib seorang Muslim niscaya Allah akan
menutupi aibnya pada hari kiamat,” (HR Bukhari dan Muslim).
Ketiga, berjuang atau bekerja
dengan sungguh-sungguh. Saat terjadi krisis organisasi hendaknya semua anggota
organisasi tidak bermalas-malasan. Dalam peristiwa perang uhud bisa menjadi
pelajaran, bahwa ketika pasukan pemanah melanggar perintah Nabi SAW dan meninggalkan
posnya di atas gunung, lalu turut berebut rampasan. Pasukan kaum muslimin
akhirnya terpukul mundur, dikocar-kacirkan oleh musuh sampai kalah.
Peristiwa ini menjadi satu
pelajaran bahwa saat menghadapi masalah bukan malah bermain-main, berfoya-foya,
bermalas-malas, menimbun kekayaan, tetapi mereka harus sungguh-sungguh beramal,
menaati perintah qiyadah/ pemimpin dan tidak melanggarnya (selama tidak syirik),
apapun resikonya.
Seandainya, setiap organisasi
baik ormas atau parpol yang sedang dilanda krisis ini mau kembali pada petunjuk
Allah SWT dan Rasul-Nya, kemudian secara terbuka mau menerima kritik dan
berusaha mencari jalan keluar atas krisis yang terjadi, insyaAllah organisasi
tersebut akan mudah kembali mendapat kepercayaan publik. Wallahu a’lam.***[Abu Hylmi]
Posting Komentar