Diberdayakan oleh Blogger.
 
Jumat, 23 Juli 2010

PEMBANGUNAN MASJID NURUL IMAN SELESAI RAMADHAN

0 komentar
BANDUNG. Proyek pembangunan Masjid Nurul Iman yang dimulai sejak Juni hampir selesai. Setidaknya 15 pegawai mulai dari tukang aduk hingga desainer terlibat dalam pembangunan masjid yang beralamat di Kampung Cilengrang, Pasirhalang Kec. Cisarua Kab. Bandung Barat.

Berdasarkan pantauan Rumah Zakat, hingga Senin (19/7) pembangunan gedung sudah mencapai 60 % dari keseluruhan bangunan. Rencananya, pembangunan masjid ini akan selesai pada bulan Ramadhan atau Agustus mendatang, dan akan diresmikan oleh Bupadi Kabupaten Bandung Barat.

Selain masjid juga dibangun jembatan dan madrasah yang masih dalam satu area proyek pembangunan. Adapun pembangunan jembatan dibuat untuk menghubungkan area masjid dengan jalan raya yang terlewati sungai selebar 5 meter dengan ketinggian delapan meter.

Sedangkan madrasah diperuntukan untuk kegiatan keagamaan di lingkungan Kampung Cilengkrang, seperti pengajian ibu-ibu dan Taman Pendidikan Agama. ***
Read more...

KHITANAN MASSAL, PROGRAM CSR PT. SIM

0 komentar
CIKARANG. Seperti tahun – tahun sebelumnya, tahun ini PT. Showa Indonesia Manufacturing (SIM) juga melakukan beberapa program Corporate Social Responsibility (CSR). Salah satu program yang baru saja diselenggarakan adalah khitanan massal gratis.

Soerono selaku Manager CSR PT. Showa Indonesia Manufacturing menjelaskan program tersebut merupakan rangkaian program Corporate Social Responsibility PT. SIM. “Kami berkomitmen untuk menjalankan tanggung jawab sosial masyarat disekitar lingkungan perusahaan.”

Manurut dia, tahun ini, PT. Showa Indonesia Manufacturing menggandeng Rumah Zakat untuk melaksanakan khitanan massal 50 anak yatim dan kurang mampu di Masjid Shirotul Mustaqim PT. SIM. Para peserta ini berasal dari wilayah Kelurahan Harja Mekar, Karang raharja, Cibitung, Kedong Waringin, dan Cikarang Timur serta Cikarang Utara.

Dalam kesempatan ini, Rumah Zakat Cabang Cikarang menerjunkan 3 Mobil Ambulans dan Mobil Klinik Keliling serta 15 dokter dan perawat.

Lebih lanjut dia menjelaskan, para peserta juga mendapat bingkisan berupa pakaian sunat terdiri dari sarung, peci dan baju koko, uang suka, snack, dan Bakakak Ayam (ayam Bakar), serta bingkisan sekolah berupa tas dan peralatannya. “Selain itu juga diberikan kenang-kenangan foto pribadi dari masing-masing peserta sebelum dikhitan,” jelas Soerono.

Sekedar informasi, sebelumnya PT. Showa Indonesia Manufacturing juga menjalankan program CSR lainnya seperti, pemberian beasiswa anak sekolah, program pemeriksaan kesehatan umum dan pengobatan masyarakat, dan posyandu, serta donor darah, “Program ini dijalankan sepanjang tahun,” terang Soerono.***
Read more...

PT. Borneo Indobara – Rumah Zakat Gelar Khitanan Massal

0 komentar
BANJARMASIN. Sebagai wujud kepedulian sosial, PT Borneo Indobara bekerjasama dengan Rumah Zakat Cabang Banjarmasin mengadakan Khitanan Massal Gratis bagi anak yatim dan kurang mampu di sekitar Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Senin (5/7). Mayoritas penduduk wilayah ini dihuni oleh warga transmigran dari pulau Jawa, Bali dan Lombok.

Untuk mendukung acara ini, Rumah Zakat Cabang Banjarmasin menerjunkan 12 tim medis. Aksi dimulai pukul 09.00 hingga pukul 14.00 WITA. Meski diguyur hujan, para orang tua tetap antusias mengantarkan anaknya untuk dikhitan. Pada kesempatan ini tim medis berhasil mengkhitan anak sebanyak 55 orang.

“Proses khitan dilakukan dengan menggunakan electric cauter sehingga bisa meminimalisir resiko pendarahan,” kata Maulana Achmadi, Koordinator acara.

Yumi, CSR PT Borneo Indobar mengatakan, meski sepekan sebelumnya juga diselenggarakan event serupa di wilayah ini, namun penerima manfaat cukup banyak. “Alhamdulillah target pasien terlampaui,” ujarnya puas.***
Read more...

RIWANTO: POLA PIKIR MASYARAKAT CILINCING MULAI MEMBAIK

0 komentar
JAKARTA. Sejak empat tahun lalu, Rumah Zakat telah melakukan pembinaan dan program pemberdayaan di Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Selama pembinaan itu, setidaknya pola pikir masyarakat mulai membaik. Demikian dikatakan Riwanto, Membership Relation Officer Cilincing. Jumat (16/7).

Menurutnya melakukan pendampingan masyarakat di Cilincing memerlukan kesabaran yang panjang, karena pola pikir dan karakter masyarakat pesisir berwatak keras. “Mindset masyarakatnya susah, maka untuk merubahnya perlu pembinaan dan motivasi,” ujar Riwanto.

Dalam pendampingan ini, Riwanto melakukan aktivitas pembinaan tiap hari. Agar mitra dampingan tak jenuh, maka dibuat pola pembinaan secara tematik seperti pelatihan membuat kue, pelatihan membuat tas dengan bahan dasar sampah, “Tiap hari juga diadakan pembinaan akhlak dan motivasi,” jelasnya.

Riwanto menyatakan, selama empat tahun ini Rumah Zakat telah menyalurkan program pemberdayaan Rumah Zakat dalam bentuk, program pendidikan, program kesehatan dan program pemberdayaan ekonomi. Dari pendampingan ini diharapkan pola pikir masyarakat berubah dari mental peminta menjadi mental pemberi. “Minimal para mustahiq terbantu biaya sekolah anaknya, kemudian usaha mereka bisa jalan dan bisa membiayai hidup itu sudah cukup.”

Seperti dituturkan Dasimah, penerima manfaat program pemberdayaan ekonomi, menurutnya kehadiran Rumah Zakat di Cilincing sangat membantu warga, “Saya dapat bantuan modal, kemudian uangnya saya gunakan untuk berjualan pakaian anak. Alhamdulillah dari hasil usaha ini bisa membantu kebutuhan pendidikan anak.” ungkapnya.***
Read more...
Jumat, 02 Juli 2010

PRESS RELEASE : Kemah Juara Nasional, 5.554 Anak Juara Belajar Pede dan Mandiri

0 komentar
JAKARTA – Bagi keluarga mampu, liburan adalah hal yang mudah dilakukan, kemanapun mereka bisa mengajak keluarganya ke berbagai tempat tujuan wisata di dalam dan luar negeri. Namun bagaimana dengan keluarga kurang mampu yang untuk makan sehari-hari saja sulit, anak-anak dari keluarga ini cenderung sulit menikmati yang namanya liburan. Padahal kata orang masa kecil adalah masa paling indah untuk bermain dan berkreasi.

Banyak dari mereka menghabiskan masa kecilnya untuk bekerja banting tulang membantu orang tuanya meskipun bukan paksaan tapi lebih karena tuntutan kebutuhan. Tidak sedikit dari anak-anak ini yang berprestasi dan tentu saja ingin berlibur khususnya saat liburan sekolah tiba sebagai ajang refreshing.

Inilah yang menjadi salah satu pemicu terus diselenggarakannya program tahunan Kemah Juara. Sejak tahun 2002 program ini telah memberikan senyum keceriaan bagi anak asuh Rumah Zakat khususnya yang berasal dari keluarga kurang mampu. Tahun ini tema yang dipilih adalah Pede dan Mandiri yang merupakan rangkaian program utama program Merangkai Senyum Indonesia.

Event ini sendiri berlangsung serentak di 17 kota, diikuti 5.554 anak juara dari Aceh hingga Papua. Dan tentu saja mereka berasal dari berbagai latar belakang yang beragam, anak yatim, piatu atau yang berasal dari keluarga kurang mampu yang tentu sangat ingin merasakan nikmatnya liburan sekolah dengan berbagai permainan yang mengasah ketrampilan dan skill. Anak-anak ini akan mengikuti berbagai kegiatan yang diformat dalam rangkaian aktivitas outdoor tematik selama tiga hari. Tema dan kurikulum kegiatan disusun untuk mengaktualisasikan materi pendidikan dan pembinaan anak juara Rumah Zakat. Tujuannya adalah mengembangkan dan memotivasi rasa percaya diri anak, merangsang daya pikir dan kreativitas anak, dan eksplorasi kemampuan diri anak sejak dini, serta menumbuhkan jiwa entrepreneur sejak dini.

Berpusat di Bumi Perkemahan Cibubur
Selain berlangsung di berbagai daerah, sejak 3 tahun yang lalu Kemah Juara dipusatkan di Bumi perkemahan Cibubur, dimana setiap cabang mengirimkan 16 peserta terbaik mewakili cabangnya untuk bergabung di Kemjurnas di Cibubur. Hingga mereka dapat bergabung bersama 1600 anak asuh. Kegiatan Kemah Juara sudah dimulai sejak Kamis (01/07) dengan materi utama adalah city adventure, kegiatan ini khusus diikuti peserta dari daerah yang belum pernah mengenal Kota Jakarta, para peserta akan melakukan perjalanan keliling Jakarta dengan rute bus way tanpa dibimbing panitia. Diharapkan dengan permainan ini, akan muncul rasa pede dan keberanian pada diri anak. Selain itu, mereka juga akan mengikuti berbagai kegiatan yang diformat dalam rangkaian aktivitas outdoor tematik selama tiga hari. Tema dan kurikulum kegiatan disusun untuk mengaktualisasikan materi pendidikan dan pembinaan anak juara Rumah Zakat.

Makin Pede dan Mandiri Dengan Nuansa 4 Negara
Tema “Lebih Pede, Lebih Mandiri” diusung dengan nuansa empat negara yakni Indonesia, Cina, Jepang dan India. Keempat negara ini dipilih karena memiliki karakteristik yang unik yakni mewakili negara agraris dan bahari, negara teknologi dan informasi, negara industry kain dan film, dan negara perdagangan dunia.

Seluruh anak juara akan berinteraksi dalam permainan simulasi ekonomi, menggunakan mata uang sesuai asal negaranya. Berbagai aktivitas program yang diselenggarakan antara lain moving country, yakni sebuah kegiatan perjalanan bisnis ke negara-negara bisnis untuk belajar tentang kemajuan dan budayanya serta semangat entrepreneur di negara tersebut sebagai titik tekan.

Kemudian business adventure, atau disebut business challenger dimana Kegiatan menjual produk (how to sale) merupakan pengalaman langsung peserta bersentuhan dengan persaingan dan strategi pasar dilapangan menjadi titik tekan kegiatan, dilakukan diluar lokasi perkemahan (pasar) dengan radius jarak lebih dari 5 km.

Ada juga kegiatan entrepreneur journey ,merupakan internalisasi karakter entrepreneur Rasullulah SAW dalam diri peserta kemah juara sebagai titik tekan kegiatan di hari pertama. Kegiatan ini bertujuan melatih mental anak asuh dan melatih kepemimpinan. Teknis acara dilakukan dengan cara menutup mata peserta dan berjalan dipandu oleh mentor masing kelompok dan melewati pos-pos yang ada, disetiap pos mental dan cara kepemimpinan di uji.s

Selain itu, ada kegiatan bussiness and motivation, yakni belajar langsung dari para pelaku bisnis tentang bagaimana dapat menjadi seorang entrepreneur sukses. Untuk melatih keberanian dan kekompakan tim, ada kegiatan outbound training, character and team building. Dihari terakhir ada kegiatan pentas seni, sebagai media untuk saling mengenal, aktualisasi potensi dan bakat yang dikemas secara teratur, menarik dan syarat makna. Acara ini juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk mempromosikan produk dan saling mengenal sasama penjual dan lebih akrab dengan konsumen (peserta).

Diharapkan dengan konsep yang memadai akan mengarahkan anak untuk dapat mengoptimalkan potensi anak sehingga mampu menjadi bekal dan pribadi yang mandiri dan pede di masa sekarang maupun masa datang.***
Read more...
Kamis, 01 Juli 2010

Tidak Ada Anak Nakal

0 komentar
Akhir-akhir ini berbagai kasus kekerasan terhadap anak terus meningkat. Padahal anak adalah aset yang harus dibimbing untuk menjadi generasi harapan bangsa. Mengapa sampai ada istilah ”anak nakal”? Dan apakah yang menyebabkan anak-anak menjadi nakal? Mungkinkah permasalahan ini disebabkan karena pola asuh dan cara berkomunikasi yang salah?

Dalam sebuah kesempatan, Rumah Lentera berkunjung ke kediaman Dr. Seto Mulyadi, Psi, Msi atau yang akrab disapa Kak Seto di Jl. Taman Cirendeu Permai 13 Tangerang Selatan. Pria yang pernah menerima penghargaan The Golden Balloon Award, New York untuk kategori Social Activity dari World Children’s Day Foundation and Unicef ini tengah sibuk mengurus berbagai kasus yang masuk ke Komnas Perlindungan Anak.

Sejak menjadi Ketua Komnas Anak pada tahun 1998 hingga saat ini, bermacam kasus pernah ditemuinya, seperti seorang anak berumur 2,5 tahun yang memiliki kebiasaan merokok hingga mengenai artis muda Arumi Bachin yang lari dari rumah karena merasa ditekan orang tuanya. Kepada Rumah Lentera, Pendiri dan Ketua Yayasan Mutiara Indonesia dan Yayasan Nakula Sadewa itu mengungkapkan berbagai kebutuhan seorang anak agar mereka dapat hidup dan tumbuh dengan sebaik-baiknya.

Kak Seto, kira-kira apa saja yang dapat dilakukan orang tua dalam membantu mengatasi masalah anak?
Yang paling penting adalah membangun komunikasi. Berbagai permasalahan anak muncul karena tidak adanya komunikasi yang efektif sehingga terjadi kekeliruan atau kesalahpahaman dan sebagainya. Jadi para orang tua harus mampu menjadi pendengar yang baik bagi putra-putinya. Bukan sekedar memborbardir dengan seribu satu pertanyaan yang membuat anak menjadi tertekan.

Sepertinya penanganan masalah anak belum menjadi skala prioritas, bagaimana Kak Seto menyikapi hal ini?
Hal itu memang benar. Oleh karena itulah kita sangat berharap dan berupaya mendesak supaya penanganan masalah anak menjadi salah satu hal yang menjadi prioritas. Sekarang sih sudah cukup bagus ya karena sudah ada Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Namun yang kami harapkan pemerintah lebih menggencarkan lagi program-programnya.

Program seperti apakah yang harus diprioritaskan?
Tentunya program-program untuk menangani masalah anak, seperti penelantaran anak, anak jalanan, perdagangan anak, penculikan anak, hingga anak-anak di bawah umur yang harus bekerja. Kita tidak bisa menutup mata bahwa hal itu masih sering terjadi di sekitar kita. Kemudian juga masalah pendidikan. Saya berharap pendidikan yang lebih ramah anak itu harus segera diciptakan. Sebab saat ini belum ada pendidikan yang ramah anak. Masih banyak anak yang stres dan tegang, sehingga mereka tidak bisa belajar dalam suasana yang lebih kreatif, penuh inovatif dan sebagainya. Menciptakan pendidikan yang ramah ini harus menjadi perhatian kita bersama.

Berarti prioritasnya kurikulum yang ramah?
Ya. Yang pertama adalah kurikulum. Kedua adalah sarana serta pra sarana yang menunjang kegiatan belajar. Ketiga, proses belajar yang menyenangkan. Keempat, guru yang kreatif. Guru yang kreatif ini adalah sosok yang dapat mengajar dengan penuh rasa sayang kepada anak. Bukan guru yang penuh dengan kekerasan.

Ada ungkapan bahwa anak secara alamiah memang ditakdirkan untuk memiliki masalah, namun orang tua tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaimana dengan pendapat Kak Seto?
Saya kok tidak setuju dengan pendapat itu ya. Hal itu kan tergantung bagaimana pola yang dilakukan dalam mendidik anak. Para orang tua yang ideal dan profesional yang memahami makna pendidikan itu justru relatif tidak harus bermasalah dengan putra-putrinya. Adanya masalah kecil antara orang tua dan anak tentu wajar. Namur jangan sampai masalah kecil itu membuat keributan, pertengkaran, kabur dari rumah dan sebagainya. Saat ini sudah cukup banyak orang tua yang mengerti anaknya kok. Sehingga pertengkaran yang mengakibatkan si anak lari dari rumah bisa dihindari.

Bagaimana dengan istilah ”anak nakal”?
Saya berpendapat bahwa sebenarnya anak-anak ini adalah korban. Mereka merupakan korban dari lingkungan yang tidak kondusif, sehingga akhirnya menjadi nakal. Contoh dari lingungan yang tidak kondusif adalah misalkan rumah yang kurang hangat dan nyaman karena orang tua terlalu sibuk sehingga tidak bisa bercanda dengan anak. Bisa juga karena orang tua terlalu keras sehingga terlalu mengekang. Selain itu orang tua yang membolehkan segala-galanya juga tidak benar.

Jadi sebenarnya tidak ada anak nakal. Yang membuat nakal justru karena kita sebagai orang tua. Jika para orang tua terus memperhatikan perkembangan anaknya sejak kecil, remaja, hingga dewasa dengan menggunkan komunikasi efektif, maka kita tidak akan menjumpai anak-anak yang nakal ini. Jadi sekali lagi, anak-anak adalah korban.

Berarti pendidikan orang tua mengenai cara mengurus anak juga harus ditingkatkan dong Kak?
Yang diperlukan tidak hanya pendidikan orang tua, tapi lebih kepada pelatihan menjadi orang tua. Banyak orang tua yang pendidikannya tinggi tapi gagal menjadi orang tua yang baik. Nah mereka itu membutuhkan sebuah pelatihan agar dapat menjadi orang tua kreatif, tidak menjadi orang tua yang sok jago, ataupun mau menang sendiri, sehingga anak tak akan merasa canggung untuk mengungkapkan segala permasalahan yang ada di hati. Dengan demikian kenakalan anak dan remaja dapat terhindarkan.

Seharusnya fungsi dan posisi orang tua itu bagaimana?
Jika orang tua mau menjadi sahabat anak, maka mereka harus menjadi pihak yang menjalin hubungan persahabatan, bukan hubungan atasan dan bawahan. Persahabatan itu saling mengerti, saling bekerjasama, dan saling menghargai. Orang tua tak hanya menjadi pihak yang menuntut anak dengan doktrin “hormatilah orang tuamu”, tapi orang tua tidak dituntut ”hormatilah putra-putrimu”. Saling memahami antara orang tua dan anak itu harus ada. Itulah yang dinamakan orang tua ideal.

Pengekangan terhadap anak masih ada sampai saat ini. Jadi jangan perang bermimpi memiliki anak yang penurut, jika orang tua tak bisa bekerjasama dan menghormati anak sebagai insan yang juga memiliki hak. Kasus Arumi Bachin itu kan bisa menjadi contoh bagaimana seorang anak bisa saja kabur dari rumah karena merasa tidak diperlakukan secara benar sesuai haknya.

Pola asuh yang benar itu seperti apa ya Kak?
Di dunia ini ada tiga pola asuh anak, yakni otoriter, demokratis, dan permisif. Saat ini pola yang dipilih orang tua sudah beraneka ragam. Kalau dulu lebih banyak yang otoriter. Namur saat ini banyak juga yang menerapkan sistem demokratis dalam mendidik anak. Nah sekarang sudah mulai bervariasi. Jika dulu lebih banyak otoriter, sekarang sudah mulai disadari tentang pola pendidikan yang lebih demokratis, walau masih ada beberapa yang permisif. Namun menurut saya yang paling baik adalah pola asuh yang berada tengah-tengah (demokratis).

Peran terhadap permasalahan anak bagaimana?
Kami terus berusaha meningkatkan kualitas pelayanan. Walaupun perbandingan antara pengaduan dengan tenaga, Sumber Daya Manusia (SDM) dan dana masih sangat tidak seimbang. Banyak sekali pengaduan yang datang ke Komnas Perlindungan Anak, namun belum semuanya dapat dibantu. Akibatnya banyak orang yang kecewa dan kami pun dimaki-maki. Yah, anggap saja ini resiko dari sebuah pengabdian untuk kemajuan generasi penerus bangsa.

Bagaimana dengan peran pemerintah?
Saya berharap pemerintah jangan hanya memperhatikan bagaimana menyediakan fasilitas pendidikan gratis bagi anak-anak, tapi juga bagaimana cara mengatasi masalah yang hinggap di dalam diri anak-anak. Hal itu penting dan sebaiknya menjadi prioritas juga.

Saya dengar sepanjang tahun 2009 jumlah pengaduan mengenai pelanggaran hak anak terus meningkat. Bagaimana Kak Seto menyikapinya?
Ya, memang ini boleh dikatakan fenomena gunung es. Masalah yangdapat terungkap itu baru sedikit. Kalau kemudian permasalah serupa semakin banyak setiap tahun, hal itu sebetulnya dikarenakan telah munculnya kesadaran masyarakat untuk berani melapor, hinga kesadaran media untuk berani menulis mengenai kekerasan terhadap anak. Apalagi kasus anak bisa menjadi cerita menarik bagi media. Hal ini memang harus disadari bahwa secepatnya kekerasan wajib untuk segera diakhiri.

Sebagai orang yang peduli pada hak anak, apa harapan Kak Seto kepada pemerintah?
Dalam kabinet yang baru kan sudah ditetapkan sebuah komitmen bahwa pada tahun 2011, Indonesia akan bebas dari anak jalanan. Walaupun itu masih utopia (mimpi) tetapi tidak ada salahnya hal tersebut menjadi sebuah tekad. Jadi kita wajib memberikan dukungan kepada pemerintah secara riil, bahwa seyogyanya keinginan itu bisa diwujudkan dalam kehidupan kita. Saya pun berharap Komnas Perlindungan Anak bisa terus kompak dan bersinergi dengan Kementrian Sosial Republik Indonesia sehingga permasalahan pelanggaran anak dapat teratasi.

Rumah Zakat juga peduli dengan pendidikan anak-anak jalanan. Caranya adalah dengan mendirikan SD dan SMP Juara. Menurut Kak Seto bagaimana?
Oh tentu hal ini sangat bagus. Tugas untuk mengatasi permasalahan anak tidak semata menjadi tanggung jawab pemerintah saja, tapi juga berbagai stakeholder yang ada di negara ini. Saya kira justru untuk memotivasi masyarakat, anak-anak harus terus didukung untuk bisa berprstasi, berkarya secara nyata. Kompetisi adalah sesuatu yang boleh dilatihkan dan bagian dari kemampuan enterpreunership juga. Dengan demikian akan muncul anak-anak yang lebih kreatif di masa depan.
Read more...

Entri Populer

 
News & Artikel Abu Hylmi © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here