Diberdayakan oleh Blogger.
 
Kamis, 26 April 2012

Hidup Sehat Tanpa JIL

0 komentar

Buanglah JIL pada tempatnya. JIL itu lebih berbahaya dari sampah beracun. JIL itu lebih berbahaya dari racun ular kobra. JIL itu lebih berbahaya dari gigitan nyamuk malaria. JIL itu lebih berbahaya dari virus flu burung. JIL itu sejahat-jahatnya racun dari racun yang paling jahat. Apalagi sampah JIL bisa menyebabkan pemanasan global iman dan akhlak. Karena itu agar dunia ini damai dan tidak KOTOR oleh ulah JIL, maka ayoo rame-rame buang lah ide, pikiran dan pendapat JIL di tempat sampah. Biarlah sampah JILberteman dengan lalat, kuman, belatung, kecoa, tikus dan mungkin syetan. Karena sejatinya semua ide dan pikiran JIL hanya berlaku disana...di habitatnya...di tempat sampah.

Duh indahnya, jika semua orang membuang sampah JIL pada tempatnya. Karena hidup kita lebih sehat tanpa JIL.[abuhylmi]
Read more...
Senin, 23 April 2012

Cara Mudah Jadi Peternak Domba dan Kambing

0 komentar

Walau sudah banyak yang terjun dan merasakan manisnya bisnis peternakan domba-kambing, namun peluang bisnis di dunia peternakan masih terbuka lebar. Tentu jika ingin eksis di dunia bisnis peternakan maka harus memiliki ilmu peternakan dan menguasai ceruk pasar. Sehingga kita akan ikut merasakan betapa manisnya bisnis peternakan domba kambing, semanis dagingnya.

Lalu bagaimana dengan orang yang ingin terjun di bisnis peternakan domba-kambing, namun belum menguasai ilmu peternakan. Berikut adalah beberapa langkah yang harus dilakukan:

Langkah pertama, mampunyai modal yang cukup. Langkah kedua adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang teknis beternak yang baik, hal ini bisa dilakukan dengan membaca buku dan artikel tentang peternakan dan mengikuti pelatihan peternakan.

Dengan membaca buku atau artikel, kita akan memperoleh wawasan yang luas tentang peternakan, apalagi dengan adanya layanan google.com (mesin pencari), kita tinggal menulis keywords tentang peternakan dan google akan mencarikan artikel yang diinginkan. Walau biaya ini cukup murah namun, aktivitas ini hanya bersifat satu arah, kita tidak bisa melakukan diskusi atau mengajukan pertanyaan tentang permasalahan yang dihadapi.

Berbeda dengan mengikuti pelatihan peternakan, dengan mengikuti langkah ini peserta akan mendapat materi teori dan praktek langsung sehingga akan terjalin komunikasi dua arah. Walau harus mengeluarkan investasi yang terkadang tidak sedikit, namun akan berbanding lurus dengan materi yang diterima. 

Seperti yang dilakukan Maulana Yusuf, untuk mendapat ilmu yang cukup tentang teknis beternak Dia mengikuti pelatihan aplikatif usaha ternak domba dan kambing. Pria asal Kreo Tangerang mengaku, motivasi mengikuti pelatihan peternakan domba-kambing adalah ingin belajar mendalam tentang ilmu peternakan. Setelah bekal ilmu yang cukup Dia ingin membuka usaha yang bisa menciptakan lapangan bekerjaan,  “Saya ingin menggeluti dengan profesional dan berkah. Jangan sampai mengawali usaha dengan ilmu dari nol,” ujar Yusuf.

Saat ini, Yusuf bekerja di bagian keuangan pada perusahaan swasta dibidang IT dan Teleco. Setelah mendapat skill tentang mengelola ternak,  Dia mengaku sedang transisi untuk beralih fokus pada usaha ternak kambing perah, karena belum banyak yang menggeluti dan pemasarannya pun terbuka luas. 

Menurutnya, selama pelatihan banyak ilmu baru yang didapat. Harapannya apa yang teknis baik teori dan praktek bisa diterapkan. Karena itu, kira-kira pertengahan tahun depan, Dia memberanikan diri untuk memulai usaha kambing perah. 

Yuyu Rahayu,  Manajer Pengembangan Bisnis Kampoeng Ternak mengatakan,  setiap tiga bulan sekali Kampoeng Ternak mengadakan pelatihan ternak yang ditujukan bagi perorangan, lembaga atau perusahaan yang tertarik memberikan pembekalan usaha ketrampilan kepada karyawannya untuk menghadapi masa pensiun. Untuk memperoleh hasil yang optimal, setiap angkatan hanya dibatasi maksimal 15 peserta. Bila berlebih akan dibuatkan jadwal pelatihan tambahan pada bulan berikutnya.

 “Selain teori, para peserta juga langsung praktek dilakukan di alam terbuka di lokasi peternakan domba kambing,  serta kunjungan ke lokasi peternak sukses,” kata Yuyu. Dia berharap, setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan memiliki kemampuan manajemen dan keterampilan teknis dalam mengelola Peternakan Domba Kambing. 

Selamat mencoba. Wallahu a’lam. [abuhyl]
Read more...

Daun Katuk Tingkatkan Produksi Susu Kambing

0 komentar

SAWANGANSelain memperlancar dan meningkatkan produksi air susu ibu (ASI), ternyata daun katuk yang populer sebagai sayur ini juga bisa untuk meningkatkan produksi susu kambing. Menurut Bangun Dioro, pemilik Bangun Karso Farm (BKF), daun katuk yang dicampur dengan pepaya dan kedelai kemudian direbus dengan air dapat meningkatkan produksi susu kambing.

“Komposisinya, daun katuk jumlahnya dua unting, dan pepaya serta kedelai satu gelas (sekitar 1 ons) kemudian direbus dengan air,” jelas Bangun saat dihubungi di Desa Palasari, Cijeruk, Bogor, Selasa (3/4).

Berdasarkan genetika, kambing Sanen yang diberi minum ramuan daun katuk dapat meningkatkan  produksi susu hingga satu liter, sementara kambing etawa bisa meningkat hingga 0,3 liter.
“Kambing yang tidak diberi minuman ramuan daun katuk produksi susunya hanya 2,5 liter per hari. Namun setelah diberi minuman produksi susu kambing meningkat menjadi 3,5 liter per hari,” ujar pria yang masih aktif di TNI-AD ini.

Bangun menjelaskan, tiap kambing cukup diberi minum sehari sekali. Dan waktu memberi minum sekitar pukul 12.00 siang. “Airnya diminumkan kaya bikin tegean,” ungkap mitra usaha Kampoeng Ternak ini.

Hingga kini, racikan minuman hasil temuannya masih efektif untuk meningkatkan produksi susu. Dan berdasarkan hitungan usaha pun bisa menutupi biaya pokok. Namun, sejak bulan lalu harga daun katuk menjadi mahal sekira Rp 5 ribu per kilo. “Sebelumnya saya beli daun katuk ke tetangga, namun karena harganya naik, maka saya taman sendiri saja,” imbuh Bangun. [abuhyl]
Read more...

Ade, 'Dokter' Lulusan SD

0 komentar

SUMEDANG - Untuk menjadi seorang dokter hewan, biasanya harus menempuh kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan dahulu, kemudian  ditambah dengan praktek yang menjadi kurikulum ilmu kedokteran. Setelah semua proses dilakukan, maka seorang tersebut dapat disebut seorang dokter.  Namun, hal itu berbeda dengan ‘dokter’ ternak yang menjadi kader di program pemberdayaan Kampoeng Ternak, tak harus menempuh kuliah kedokteran dahulu. 

Seperti Ade Suryana (42 thn), bergabung dengan kelompok ternak di Sumedang sekitar tujuh bulan lalu. Baginya, beternak sudah menjadi hobi sejak kecil. Sejak kecil, saya hobi dengan ternak” kata pria lulusan SD ini. 

Dikatakannya, Dia mendapat ilmu tehnik kesehatan ternak saat mengikuti pelatihan tehnik beternak yang diselenggarakan oleh Kampoeng Ternak dan berbagi ilmu dengan pendamping peternak. Dan kini ilmu tehnik kesehatan ternak yang dimilikinya sangat bermanfaat untuk membantu masyarakat yang ternaknya mengalami sakit. “Saat ternak penduduk sakit, saya sering di kontak warga.  Tergantung siapa yang dekat dan ada di rumah,” ungkap Ade. 

Dengan keahliaan yang dimilikinya, ‘dokter’ domba ini memberikan pengobatan kepada ternak yang sedang sakit. Alhamdlillah, sembuh,” ujar Ade singkat. Maka   tak aneh, jika banyak masyarakat yang percaya dengan kemampuan para ‘dokter’ domba ini.

Ade mengaku, tak pernah membayangkan akan menjadi ‘dokter’ domba keliling mewakili kelompoknya.  Bapak yang hidup sederhana ini, hanya senang membantu masyarakat dan terbisa mencintai profesi sebagai peternak.  Satelah bergabung dengan kelompok dampingan Kampoeng Ternak, Dia mendapatkan segalanya.  Mulai dari cara beternak, memilih bibit, memilih pakan sehat untuk ternak, perawatan hingga tindakan penanganan kesehatan saat ternak sakit.  Keberanian dan keuletan menjadikannya mampu memberikan pengobatan dengan baik.

Selain Ade, kader peternak yang menjadi ‘dokter’ lainnya adalah Ujang Rukmana (51 thn).  Pria berpendidikan SD ini tinggal di Desa Taman Sari. Sebuah desa yang jauh dari kota, dan jalan utama di desa itu hanya cukup untuk satu mobil.  Dengan topograpi perbukitan, menjadikan siapa saja enggan berkunjung.

Saat ini, Ade dan Ujang tidak hanya menjadi ‘dokter’ ternak dari 60 mitra, tetapi menjadi ‘dokter’ panggilan bagi seluruh penduduk yang masyotitas peternak di wilayah Sumedang dan sekitarnya.
Ade dan Ujang bukanlah satu satunya kader lokal yang dengan pendidikan terbatas mampu menjadi ‘dokter’ ternak bagi masyarakat. Hampir disetiap titik lokasi dampingan, Kampoeng Ternak selalu memberikan standar pelatihan yang sama. Dan hasilnya, terdapat kader yang mampu mengani pertolongan pertama jika ternak mereka sakit.

Pada tahun 2008, Kampoeng Ternak melakukan program sertifikasi kader teknis ternak. Yang terdiri bidang veteriner (kesehatan an teproduksi) dan kader teknis dalam perbibitan.  Sebanyak  21 Kader yang telah disertifikasi, saat ini Kampoeng ternak telah mencetak lebih dari 150 kader seperti pak Ade.  Bukan bermaksud menggantikan peran mantri hewan, tetapi sebagai tenaga relawan yang melakukan pertolongan pertama, terutama dilokasi yang jarang dikunjungi mantri hewan.

Kami senang, ilmu yang saya pelajari dari Kampoeng Ternak bermanfaat bagi warga, kadang saya dipangggil layaknya dokter, malam hari warga mengadu dombanya sakit” imbuh Ade. [abuhyl]
Read more...

Paniran, Merubah Kambing Kudisan Jadi Bernilai

0 komentar

TUBAN – Kebanyakan peternak mungkin enggan untuk membeli atau memelihara kambing yang kudisan, tapi bagi Paniran (45 thn), kambing yang kudisan justru bernilai ekonomis. Karena, Dia tidak perlu merogoh uang banyak untuk membeli kambing kudisan. Menurutnya, kambing kudisan di pasar hanya dibandrol 100 ribu rupiah per ekor.

“Dalam dua bulan saya bisa mengumpulkan tiga kambing kudisan untuk diobati,” ujar Paniran saat dihubungi di rumahnya di Desa Temadang Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, Rabu (14/03).

Paniran mengatakan, untuk mengobati kambing kudisan cukup diolesi dengan ivermectin pada bagian kulit yang kudisan, dan masa penyembuhannya hanya sebulan saja. Setelah kambing dinyatakan sembuh, Dia akan menjual kembali kambing di pasar dengan harga 600 ribu rupiah per ekor.

Dikatakannya, usaha ini baru dijalaninya sejak Februari lalu setelah melihat peluang pasar yang menguntungkan. Sebelumnya, keahlian mengobati kambing kudisan hanya dimanfaatkan untuk membantu kelompok peternak binaan yang kambingnya sakit.

“Pendamping Peternak juga menyarankan saya untuk memulai usaha mengobati kambing kudisan,” ujar suami Astuti ini.

Paniran menyatakan, keahlian mengobati kambing kudisan diperoleh setelah bergabung dalam kelompok peternak Gedung Sumber Makmur binaan Kampoeng Ternak Nusantara pada 2009 lalu. Dalam pertemuan kelompok yang diadakan sepekan sekali ini, Dia mendapat materi-materi peternakan yang mencakup pakan ternak, kandang, dan kesehatan ternak dan sebagainya.

“Dulunya saya peternak sapi, tapi ingin mencoba ternak kambing. Dan ilmunya saya dapat setelah bergabung dengan kelompok binaan Kampoeng Ternak,” jelas Paniran.

Munir, Pendamping Peternak Kampoeng Ternak Tuban menambahkan, Paniran merupakan salah satu mitra binaan yang kooperatif dan rasa ingin tahunya besar. “Saat pertemuan kelompok, Dia tidak pernah sungkan bertanya, makanya cepat pinter,” imbuhnya.

Paniran tak mengenal hari libur, sehari-hari Paniran juga bekerja sebagai tukang ambil air untuk warung-warung atau dalam istilah masyarakat sekitar disebut “ngangsu”. Selepas Shubuh hingga pukul 9 pagi Paniran bergegas mengayuh becak untuk mengirim air ke 15 warung langganannya. Sekali angkut, Dia bisa membawa enam derigen.  Satu becak itu bisa muat enam derigen dan dibayarnya 5 ribu rupiah,” kata pak paniran saat ditanya berapa harga air yang dibeli oleh pemilik warung.  Namun, lanjutnya, saat musim penghujan pemilik warung langganan tidak semua membeli air dagangannya, dan tidak sampai enam deligen.

Selain ngangsu, aktivitas ekonomi lain yang dilakukan oleh Paniran adalah ngojek. Tapi tidak dilakukan setiap hari, dan hanya dilakukan berdasarkan permintaan konsumen. Dari penghasilan ini, Dia bisa mengantongi uang anatar 40 ribu rupiah hingga 100 ribu rupiah. “Ya saya sih ngojek kalo ada yang manggil aja. Kalau dirata-rata, sepekan saya ngojek ya hanya dua kali,” ungkapnya.

Dari semua aktifitas usaha ini, Paniran bisa mengumpulkan uang hingga 2,41 juta rupiah per bulan. Namun penghasilan sebesar ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dan semua peluang usaha yang Dia lakukan supaya bisa hidup mandiri dan bisa menyekolahkan kedua anaknya yang masih duduk di bangku kelas 2 SMK dan kelas 1 SMK hingga bisa lulus sekolah. [abuhyl]
Read more...

Entri Populer

 
News & Artikel Abu Hylmi © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here