Sebagian memahami bekerja adalah
urusan dunia. Sehingga hanya dimaknai rutinitas semata. Akibat rutinitas ini
kita lupa bahwa ada banyak potensi pahala dan ampunan dalam aktivitas kerja.
Mengapa kita melupakan sisi ini? Karena
terjadi dikotomi: pekerjaan disatu sisi dan syurga disisi lain. Padahal dua
sisi ini harus dipadukan.
Karena sesungguhnya didalam
aktivitas ini terdapat nilai pahala, shodaqoh dan ampunan dosa.
Allah SWT menjelaskan, ”Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramnal
shaleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
mengerjakan amalan(nya) dengan baik”. (Q.S Al-Kahfi : 30).
Dan
Rasulullah SAW pun bersabda, “Sesungguhnya
Allah mencintai seorang hamba yang apabila dia bekerja, ia menyempurnakan
pekerjaannya,” (dari Aisyah Ummul Mu’minin, Al-Bani meng-hasan-kan hadist
ini dalam shahih al jami’).
Namun sayang, dalam hal
produktivitas, indeks prestasi bangsa Indonesia sangat rendah. Menurut penelitian
Institute Swiss World Competitive Book
(2007) menempatkan Indonesia pada peringkat ke 59 dari 60 negara yang diteliti
dalam hal produktivitas.
Adakah
yang salah?
Salah satu faktor penyebabnya
adalah kita kurang tepat dalam mengimplementasikan keislaman: Kerja untuk dunia
dan masjid untuk akherat.
Kenapa
Kantorku Syurgaku
1.
Waktu
yang terabaikan.
Dari 24 jam waktu yang kita
punya, rata-rata 12 jam habis dipekerjaan dan perjalanan. Maka gunakan waktu 12 jam untuk produktivitas amal.
2.
Syurga
adalah obsesi.
Jika kita fokus mengutamakan
akhirat, maka dunia akan mengikutinya. Karena sesungguhnya, bekerja itu adalah
ibadah dan merupakan realisasi dari menuju akherat.
“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di
akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang
menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan
dunia dan tidak ada baginya suatu bahagian pun di akhirat,” (QS. Asy
Syuura:20).
3.
Mulianya
para pekerja.
#. Mendapatkan cinta Allah SWT.
“Sesungguhnya Allah SWT mencintai orang yang
beriman yang giat bekerja,” (HR. Thabrani).
#. Bekerja = Shodaqoh.
“Tidaklah
seorang muslim yang bercocok tanam atau menanam satu tanaman lalu tanaman
tersebut dimakan oleh burung atau manusia atau hewan, melainkan itu menjadi
shodaqoh baginya.” (HR. Bukhari & Muslim).
#. Mendapat ampunan.
“Barang
siapa yang sore hari duduk kelelahan lantaran pekerjaan yang telah
dilakukannya, maka ia dapatkan sore hari tersebut dosa-dosanya diampuni Allah
SWT,” (HR. Thabrani).
Oleh karena itu, kita jangan
mendikotomikan antara bekerja dan amal ibadah. Akan tetapi gunakan waktu kerja
untuk produktivitas amal.***
Inspirasi Kajian Bulanan di
Masjid Kantor
Bersama Ustadz Nanang Mubarok.
Posting Komentar