SERPONG
UTARA – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) didirikan,
memiliki misi tersendiri. Salah satunya, menjadikan partai sebagai sarana
dakwah. Namun, dalam perkembangannya, para kader partai ini belum bisa
menterjemahkan cita-cita para founding father organisasi mereka.
Sekretaris Bidang
Pelayanan Ummat DPP PKS Ustadz Ika Fitriyadi menyatakan, kader PKS kekurangan
ruang untuk merefleksikan pengabdiannya di partai berlambang padi yang diapit
dua bulan sabit kembar itu. “Padahal, banyak hal yang harus dilakukan dan semua
harus dimulai. Jika kita mengisi ruang-ruang itu maka ke depan PKS bisa menjadi
rumah bagi semua,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam diskusi dan bedah buku
berjudul “Bekal untuk Kader Dakwah” di Rumah Makan Pecel Pincuk Godong Ijo,
Bintaro, Pondok Aren, Sabtu (9/2).
Untuk mempresentasikan
gerakan dakwah, Ika Ustadz Ika, para kader PKS mendapatkan referensi dari buku
yang tengah dibedah hari itu. Bahwa, buku yang ditulis salah satu pentolan PKS
Ustadz Hilmi Aminiddin tersebut, berisi kumpulan taujih (nasehat).
“Dalam buku ini,
banyak bahasa-bahasa yang mendalam dan perlu waktu untuk memahaminya,” kata Ika
dalam kegiatan yang diselenggarakan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PKS Serpong
Utara ini.
Dia mengakui banyak
kader PKS yang belum memahami penanaman pewarisan ideologi sebagai gerakan
dakwah yang bertransformasi menjadi partai politik. Artinya masih perlu waktu
untuk memformulasikan konsepnya ke masyarakat.
“Hari ini yang
terjadi adalah, kita kesulitan untuk memformalkan dan membahasakan konsep ke
masyarakat,” ungkapnya.
Dalam buku itu
juga, lanjut Ika, harapan penulis adalah jajaran sekjen untuk bisa menjembatani
agar PKS menjadi partai berbasis pengetahuan (knowledge based party), “Yaitu
partai modern dengan kader-kader yang mempunyai kemampuan mumpuni dibidangnya,”
jelasnya.
Dr. Abu Fanani, Direktur
Indonesian Quality Research Agency (IQRA), yang juga menjadi pembicara dalam
acara bedah buku ini mengatakan, isi dalam buku ini banyak istilah asing
(bahasa arab dan inggris). Padahal buku ini sudah dijual bebas. “Seharusnya
sebelum keluar, buku ini ada proses edit bahasa hingga masyarakat umum bisa
memahaminya,” ujarnya.
Arif Wahyudi,
Anggota Fraksi PKS DPRD Kota Tangsel yang menjadi moderator dalam acara ini
menambahkan, acara diskusi, seminar atau bedah buku bagian dari arahan Ustadz
Hilmi Aminuddin untuk menjadikan PKS sebagai partai berbasis pengetahuan. Menurutnya,
untuk sampai pada pengetahuan ada dua jalur yaitu membaca pengetahuan orang
lain dan melakukan riset sendiri.
Dalam satu bagian
di buku itu, ujar Arif, diingatkan bahwa nilai yang dipegang PKS adalah Islam. Kemudian,
gerakan yang dilakukan adalah dakwah. Maka, organisasi dan parpol yang
didirikan itu semata untuk dakwah.
“Namun, bila satu
atau beberapa kader terbaik terbukti bersalah, maka kesalahan itu tidak kita
ikuti. Kita harus bisa memilah antara ajaran dan pengajar,”
tegasnya.***[cipks].
Sumber
: Koran Tangsel Pos & Tangerang Ekspres/ Halaman 4 & 5/ Selasa, 12
Februari 2013.
Posting Komentar