SETU – Pemkot
Tangsel dituntut
terus mencari pola untuk mengatasi masalah sampah guna
menwujudkan Kota Tangsel Go Green. Aktivis
lingkungan dan masyarakat harus terus dilibatkan untuk membantu mengentaskan
masalah tersebut.
Direktur
Bina Ekonomi Sosial Terpadu (BEST) Hamjah Harun Alrasid berpendapat, untuk
penanganan sampah di Kota Tangsel ini perlu adanya
kesadaran dan tanggung jawab masyarakat dalam mengelola sampah.
Dikatakan,
keberadaan tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST)
Cipeucang tidak banyak membantu karena keterbatasan lahan penampungan. Bahkan
keberadaan TPST akan mengakibatkan masalah baru, yakni konflik sosial ekonomi
dan pencemaran udara karena kendaraan.
“Yang paling
penting adalah bagaimana masyarakat memiliki kesadaran dalam mengelola
sampah. Inilah yang harus lebih ditingkatkan,” ungkapnya, Senin
(12/11).
Menurutnya,
pola yang cocok untuk penanganan sampah di wilayah ini adalah dengan pola
3-R (reuse, educe, dan recycle). Setiap lingkungan harus mempunyai
pembuangan sampah. Sampah yang sudah
dipilah kemudian bisa dikelola kembali oleh warga. Sedangkan, sampah
yang tidak bisa dimanfaatkan warga dibuang ke TPST. “Pola ini dapat
mengefisienkan sampah dibuang ke TPST. Sampai sekarang pola 3-R masih menjadi
cara terbaik dalam mengelola dan menangani sampah,”
ujarnya.
Penggagas Bank
Sampah Kota Tangsel Benny Harkamto menuturkan, bank sampah
bisa mengurangi timbunan sampah hingga 30 persen di Pasar Ciputat.
Menurutnya, adanya bank sampah ini jelas mengubah pola pikir masyarakat di Kota
Tangsel. Sampah yang sebelumnya melulu jadi
beban pemerintah daerah, kini sudah bisa diolah masyarakat. Bahkan kini sampah
sudah jadi barang yang menguntungkan buat masyarakat. “Dari dua buah bank
sampah sudah cukup baik dan mampu memberikan penghasilan buat
warga. Jadi, selain lingkungan bersih, kini sampah juga
menguntungkan warga,” ujarnya.***
Sumber :
Radar Banten/ Halaman 18/ Selasa, 13 November 2012.
Posting Komentar