TUBAN – Kebanyakan peternak mungkin enggan untuk membeli atau memelihara
kambing yang kudisan, tapi bagi Paniran (45 thn), kambing yang kudisan justru
bernilai ekonomis. Karena, Dia tidak perlu merogoh uang banyak untuk membeli
kambing kudisan. Menurutnya, kambing kudisan di pasar hanya dibandrol 100 ribu
rupiah per ekor.
“Dalam dua bulan saya bisa mengumpulkan tiga
kambing kudisan untuk diobati,” ujar Paniran saat dihubungi di rumahnya di Desa
Temadang Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, Rabu (14/03).
Paniran mengatakan, untuk mengobati kambing
kudisan cukup diolesi dengan ivermectin
pada bagian kulit yang kudisan, dan masa penyembuhannya hanya sebulan saja. Setelah
kambing dinyatakan sembuh, Dia akan menjual kembali kambing di pasar dengan
harga 600 ribu rupiah per ekor.
Dikatakannya, usaha ini baru dijalaninya sejak
Februari lalu setelah melihat peluang pasar yang menguntungkan. Sebelumnya,
keahlian mengobati kambing kudisan hanya dimanfaatkan untuk membantu kelompok
peternak binaan yang kambingnya sakit.
“Pendamping Peternak juga menyarankan saya untuk
memulai usaha mengobati kambing kudisan,” ujar suami Astuti ini.
Paniran menyatakan, keahlian mengobati kambing
kudisan diperoleh setelah bergabung dalam kelompok peternak Gedung Sumber
Makmur binaan Kampoeng Ternak Nusantara pada 2009 lalu. Dalam pertemuan
kelompok yang diadakan sepekan sekali ini, Dia mendapat materi-materi
peternakan yang mencakup pakan ternak, kandang, dan kesehatan ternak dan
sebagainya.
“Dulunya saya peternak sapi, tapi ingin mencoba
ternak kambing. Dan ilmunya saya dapat setelah bergabung dengan kelompok binaan
Kampoeng Ternak,” jelas Paniran.
Munir, Pendamping Peternak Kampoeng Ternak Tuban
menambahkan, Paniran merupakan salah satu mitra binaan yang kooperatif dan rasa
ingin tahunya besar. “Saat pertemuan kelompok, Dia tidak pernah sungkan
bertanya, makanya cepat pinter,” imbuhnya.
Paniran tak mengenal hari libur, sehari-hari
Paniran juga bekerja sebagai tukang ambil air untuk warung-warung atau dalam
istilah masyarakat sekitar disebut “ngangsu”.
Selepas Shubuh hingga pukul 9 pagi Paniran bergegas mengayuh becak untuk
mengirim air ke 15 warung langganannya. Sekali angkut, Dia bisa membawa enam
derigen. “Satu becak itu bisa muat enam derigen dan dibayarnya 5 ribu rupiah,”
kata pak paniran saat ditanya berapa harga air yang dibeli oleh pemilik warung.
Namun, lanjutnya, saat musim penghujan
pemilik warung langganan tidak semua membeli air dagangannya, dan tidak sampai
enam deligen.
Selain ngangsu,
aktivitas ekonomi lain yang dilakukan oleh Paniran adalah ngojek. Tapi tidak dilakukan setiap hari, dan hanya dilakukan
berdasarkan permintaan konsumen. Dari penghasilan ini, Dia bisa mengantongi
uang anatar 40 ribu rupiah hingga 100 ribu rupiah. “Ya saya sih ngojek kalo ada yang manggil aja. Kalau dirata-rata, sepekan saya ngojek ya hanya dua kali,” ungkapnya.
Dari semua aktifitas usaha ini, Paniran bisa
mengumpulkan uang hingga 2,41 juta rupiah per bulan. Namun penghasilan sebesar
ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dan semua peluang usaha
yang Dia lakukan supaya bisa hidup mandiri dan bisa menyekolahkan kedua anaknya
yang masih duduk di bangku kelas 2 SMK dan kelas 1 SMK hingga bisa lulus
sekolah. [abuhyl]
Posting Komentar