SUMEDANG - Untuk menjadi seorang dokter hewan, biasanya harus menempuh
kuliah di Fakultas Kedokteran
Hewan dahulu, kemudian ditambah dengan praktek yang menjadi kurikulum
ilmu kedokteran. Setelah semua proses dilakukan, maka seorang tersebut dapat disebut
seorang dokter. Namun, hal itu berbeda dengan ‘dokter’
ternak yang menjadi kader di program pemberdayaan Kampoeng Ternak, tak harus menempuh kuliah
kedokteran dahulu.
Seperti Ade Suryana (42 thn), bergabung dengan kelompok ternak di Sumedang sekitar tujuh bulan lalu. Baginya, beternak sudah menjadi hobi sejak kecil. “Sejak kecil, saya hobi dengan ternak” kata pria lulusan SD ini.
Dikatakannya,
Dia mendapat ilmu tehnik kesehatan ternak saat mengikuti pelatihan tehnik
beternak yang diselenggarakan oleh Kampoeng Ternak dan berbagi ilmu dengan
pendamping peternak. Dan kini ilmu tehnik kesehatan ternak yang dimilikinya
sangat bermanfaat untuk membantu masyarakat yang ternaknya mengalami sakit. “Saat ternak penduduk sakit, saya sering di kontak warga. Tergantung siapa yang dekat dan ada di rumah,” ungkap Ade.
Dengan keahliaan yang dimilikinya, ‘dokter’ domba ini memberikan
pengobatan kepada ternak yang sedang sakit. “Alhamdlillah, sembuh,” ujar Ade singkat. Maka tak aneh, jika banyak masyarakat yang percaya dengan kemampuan
para ‘dokter’ domba ini.
Ade mengaku,
tak pernah membayangkan akan menjadi
‘dokter’ domba keliling mewakili kelompoknya.
Bapak yang hidup sederhana ini,
hanya senang membantu masyarakat dan terbisa mencintai profesi sebagai
peternak. Satelah bergabung dengan
kelompok dampingan Kampoeng Ternak, Dia mendapatkan segalanya.
Mulai dari cara beternak, memilih bibit, memilih pakan sehat untuk
ternak, perawatan hingga tindakan penanganan kesehatan saat ternak sakit. Keberanian dan keuletan menjadikannya mampu memberikan
pengobatan dengan baik.
Selain Ade, kader peternak
yang menjadi ‘dokter’ lainnya adalah Ujang
Rukmana (51 thn). Pria berpendidikan SD ini tinggal di Desa Taman Sari. Sebuah desa yang jauh dari
kota, dan jalan utama di desa
itu hanya cukup untuk satu mobil.
Dengan topograpi perbukitan, menjadikan siapa saja enggan
berkunjung.
Saat ini, Ade dan Ujang tidak hanya menjadi ‘dokter’ ternak dari 60 mitra, tetapi
menjadi ‘dokter’ panggilan bagi seluruh penduduk yang masyotitas peternak di wilayah Sumedang dan sekitarnya.
Ade dan Ujang
bukanlah satu satunya kader lokal yang dengan pendidikan terbatas mampu menjadi
‘dokter’ ternak bagi masyarakat. Hampir disetiap titik lokasi dampingan, Kampoeng Ternak selalu
memberikan standar pelatihan yang sama. Dan hasilnya, terdapat kader yang mampu
mengani pertolongan pertama jika ternak mereka sakit.
Pada tahun 2008, Kampoeng Ternak melakukan program
sertifikasi kader teknis ternak. Yang terdiri bidang veteriner (kesehatan an
teproduksi) dan kader teknis dalam perbibitan.
Sebanyak 21 Kader yang telah
disertifikasi, saat ini Kampoeng ternak telah mencetak lebih dari 150 kader seperti
pak Ade. Bukan bermaksud menggantikan
peran mantri hewan, tetapi sebagai tenaga relawan yang melakukan pertolongan
pertama, terutama dilokasi yang jarang dikunjungi mantri hewan.
“Kami
senang, ilmu yang saya pelajari dari Kampoeng Ternak bermanfaat bagi warga,
kadang saya dipangggil
layaknya dokter, malam hari warga mengadu dombanya sakit” imbuh Ade. [abuhyl]
Posting Komentar