Diberdayakan oleh Blogger.
 
Minggu, 05 Oktober 2008

Iwan Santoso : “Tidak Ada Niat Masuk Islam...?”

1 komentar

Tangerang – Iwan Santoso (31) dilahirkan dari keluarga dan lingkungan kristen, tumbuh sebagai pemuda yang fanatik terhadap agamanya, anak ke dua dari enam bersaudara, secara silsilah ia keturunan dari marga Pong. Mempunyai keahlian dalam bidang musik, seperti gitar, drum, piano. Sehingga keahliannya diperguanakan untuk melatih para pemuda Tangerang bermain musik gereja.

Selain melatih musik, juga sebagai asisten Pendeta di gereja Sintanala Tangerang, yang membawahi pemuda-pemuda Kristen Se Tangerang. Selama menjadi aktivis misionaris dia sering mendapat informasi tentang agama Islam yang menurutnya Islam itu identik dengan kebuasan, kekerasan, pembunuhan, kebiadaban dan jauh dari ajaran kasih sayang. Di dalam gereja sering diputar film-film Jihad diproduksi oleh Amerika, yang menggambarkan kekerasan Agama Islam dengan ajaran pembunuhan dengan konsep jihad,”ketika melihat film jihad Islam, semakin membuat saya yakin bahwa Islam itu keras, tidak ada ajaran kasih sayangnya,”kata Iwan Santoso.

Informasi yang didapatkan melalui media massa cetak maupun elektronik tentang ajaran jihad yang salah, turut membentuk persepsi Iwan tentang Islam,”saya tidak suka Islam karena yang saya lihat identik dengan bom dan pembunuhan,”tutur Iwan.

Ketidaksukaan terhadap ajaran Islam terus dibawanya hingga ia mempersunting gadis muslimah asal Ujung Kulon, Banten, hasil pernikahannya membuahkan anak laki-laki, Muhammad Raka Santoso berusia satu tahun. Ketika buah hatinya hadir mengiringi kebahagiaan rumah tangganya, terjadi dialog keagamaan antara Iwan dan istrinya,”saya tidak ada niat masuk Islam, tetapi istri selalu mendorong,”tutur Iwan.

Sebagai aktivis misionaris, dan asisten pendeta tidak mudah bagi Iwan untuk menerima penjelasan-penjelasan kebenaran agama Islam.”saya tidak percaya begitu saja apa yang dikatakan istri,”kata Iwan.

Penasarannya terhadap Islam, dan mencari informasi tentang Islam, ia mendatangi seorang Kiai (guru mengaji) di daerah Ciledug Tangerang, tetapi kecewa dengan sikap Kiai tersebut karena setiap bertanya tentang Islam, ujung-ujungnya materi (duit),”saya semakin kecewa dengan Islam, karena ajaran agama digadaikan dengan materi, dalam ajaran Kristen juga mengharamkan jika agama buat perdagangan,”terangnya.

Ketertarikan tentang Islam sudah ia rasakan sekitar bulan Mei 2008 lalu, tetapi daya kritisnya terus mencari informasi yang benar tentang ajaran Islam, hingga pada bulan Agustus 2008 kemarin, ia bertemu dengan Bahrudin, seorang Ustadz asal kelurahan Sewan, Neglasari. Diskusi tentang Islam terus berjalan setiap pekan sekali.

Hingga pada satu kesempatan, Iwan menanyakan satu pertanyaan, dimana pertanyaan itu, justru merubah haluan hidupnya, meruntuhkan fundamental ajaran agama yang ia yakini selama ini, menyentuh fitrah insaniyahnya.

”Ustadz, jika ia seorang Budha atau beragama selain Islam, suka berbuat kebaikan, menolong orang, taat beribadah, tidak menyakiti orang-orang, apakah dia akan masuk syurga?” pertanyaan Iwan kepada ustadz Bahrudin.

”semua yang dia lakukan tidak akan mendapat apa-apa, ibadahnya nol, dan kebaikan selama dunia juga tidak akan mendapat pahala, tempat baginya di akherat adalah neraka,” jawab Bahrudin sambil jari tangannya membentuk angka 0.

Lantas Ustadz Bahrudin membacakan ayat Al-qur’an yang menjelaskan bahwa,”semua amal kebaikan yang dilakukan ketika di dunia. Amal-amal itu tidak dibalas oleh Allah karena mereka tidak beriman, ibarat debu yang berterbangan,”(Al-Furqan(25) : 23). Kemudian dilanjutkan dengan membaca Surat Ibrahim (14) ayat 18 : ”perumpamaan orang yang ingkar kepada Tuhannya, perbuatan mereka seperti abu yang ditiup oleh angin keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak kuasa mendatangkan manfaat sama sekali dari apa yang telah mereka usahakan di dunia. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh,”

Ayat Al-Qur’an yang dibacakan Ustadz Bahrudin mampu mengaduk-aduk hatinya, hingga pada akhir Agustus 2008 Iwan menyatakan ingin masuk Islam, dan bersyahadat di hadapan Ustad Bahrudin.

”saya masuk Islam karena keinginan dari lubuk hati saya, ketika mendengar ayat yang dibacakan ustadz saya berfikir, bahwa semua amal kebaikan yang saya lakukan selama ini tidak akan berarti apa-apa dihadapan tuhan,”terang Iwan.

”alhamdulillah berkat berkenalanku dengan ustadz Bahrudin, saya jadi tau tentang ajaran Islam yang sebenarnya, ternyata informasi sepihak yang saya terima tentang Islam semuanya tidak benar,” lanjutnya.

Untuk memenuhi kebutuhan sebagai muslim, Sabtu sore, 13 September di rumah kontrakannya, ia di Sunat oleh Tim dokter RZI Tangerang,”awalnya saya agak takut, tetapi motivasi dari istri membuat saya lebih berani,”katanya.

Banyak perlakuan tidak menyenangkan yang iwan terima, akibat dari keputusannya berubah aqidah,”orang tua sudah tidak mengakui saya sebagai anak, bahkan saya di usir dari rumah orang tua di perumahan Pintu Air Tangerang,”

Tidak hanya itu, Iwan harus menghadapi tekanan para Pendeta seTangerang yang tidak suka dengan keputusannya,”kamu jangan murtad, entar rezeki kamu akan tertutup,”iwan menirukan ucapan seorang pendeta yang mengancamnya.

Sekarang Iwan dan anak istrinya tinggal di sebuah kontrakan kecil di daerah kelurahan Sewan Kecamatan Neglasari, jauh dari fasilitas hidup yang ia pernah nikmati semasa menjadi asisten pendeta, sekarang semua fasilitas dari gereja telah di stop.

Untuk mencukupi hidup sehari-hari, Iwan bekerja sebagai Marketing PT Saputra Pratama dibilangan Jakarta, bergerak dibidang elektronik. Hampir seminggu ini Iwan tidak masuk kerja, karena luka bekas sunat belum kering,”saya pasrah aja mas kalau dipecat,”terang Iwan pada MSO Tangerang.

Kedatangan RZI Tangerang kerumahnya di daerah Kelurahan Sewan, Senin (15/9) sore adalah untuk memberikan Paket Peduli Pangan, dan sedikit uang sebagai pengganti selama ia tidak masuk kerja, selain itu Rumah Zakat juga memberikan motivasi kepadanya, agar lebih kuat dalam berislam, dan sabar dengan tekanan yang ada,”Saya punya nyawa, raga, dan hidup, jadi tidak takut dengan tekanan-tekanan yang sering saya dapat.”ungkap Iwan mengahiri obrolannya.

seperti yang dituturkan Iwan S. Pada MSO Tangerang ketika dikontrakannya

One Response so far.

  1. Anonim says:

    Islam memang agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Teteplah istiqomah di dalam Islam. Tekanan yang dialami para sahabat Nabi lebih berat daripada kita. Maka bersabarlah dan terus berdoa.

Entri Populer

 
News & Artikel Abu Hylmi © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here