Diberdayakan oleh Blogger.
 
Rabu, 16 Desember 2009

Fitrah Anak dan Bagaimana Mendidiknya

0 komentar


Serpong Utara (17/12). Wildan Firdaus, Trainer dan Praktisi Pendidikan mengatakan, sebagian para orang tua sering mengeluhkan susahnya mendidik anak-anaknya. Padahal sesungguhnya mendidik anak itu sangat mudah dan disingkat dengan EASY (eating, activity, sleep, you). Easy (mudah) jika dijabarkan menjadi: Eating (makan), kebiasaan anak adalah makan apa saja, senang makanan yang mengandung zat berbahaya (MSG), merengek minta jajan di warung. Disinilah peran orang tua, mengarahkan anak dengan lemah lembut supaya tidak makan sembarangan. Kemudian orang tua juga bertanggung jawab untuk memberikan makanan yang halal dan thoyib. ”Makanan yang halal dan thoyib itu akan berpengaruh terhadap prilaku dan perkembangan anak,” ujar ustadz Wildan saat memberikan taujih syukuran khitanan. Serpong Utara. Ahad (13/12).

Kemudian kebiasaan anak lainnya adalah Activity (aktifitas), bermain dan beraktifitas adalah dunia anak-anak. Aktifitas anak tidak mengenal waktu, ia akan bermain tanpa lelah. Terkadang akibat dari keaktifannya ini sebagian orang tua membatasi ruang aktifitas anaknya dengan vonis anak bandel, hiper aktif, anak nakal dan label negatif lainnya. Para orang tua dengan tidak sadar telah membunuh potensi kecerdasan anaknya. ”Kalau kita membatasi ruang aktifitasnya maka akan menyumbat potensi kecerdasan anak. Karena setiap anak itu adalah cerdas, hanya orangtuanyalah yang membuatnya bodoh,” ujar pengajar di Asy-Syukriyyah Tangerang ini.

Selain itu, kebiasaan anak berikutnya adalah Sleep (tidur), sebagai orang tua yang baik harus tahu jam tidur anak. Saat anak sedang bermain, terkadang orang tua sering memaksa anak untuk tidur. Sebelum tidur terlebih dahulu anak di marahi oleh orang tuanya, sehingga anak ketika sedang tidur dalam keadaan tidak tenang (gundah) dan tertekan. Parahnya lagi, saat membangunkan anak pun dengan di marahi pula. Sehingga aktifitas anak di buka dan di tutup dengan kemarahan orang tua. ”Hal ini berbahaya bagi perkembangan anak jika dewasa kelak,” ujar ustadz yang murah senyum ini.

Dan yang terakhir adalah You (kamu), artinya kita sebagai orang tua harus memenuhi kebutuhan diatas. Jika para orang tua menghendaki anak-anaknya menjadi sholih dan tumbuh menjadi anak yang membanggakan. Para orang tua harus berperan aktif dalam mendidik anak, maka orang tua harus menjadi modelling, coaching, mentor dan teacher bagi anak-anaknya. Setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah, hanya orang tualah menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi. Bisa jadi agamanya Islam, tapi sang anak mewarisi sifat-sifat Yahudi yang pembangkang, sifat Nasrani yang suka merubah sesuatu yang baku di masyarakat, dan sifat Majusi si penyembah api, yang diartikan sang anak akan tumbuh menjadi manusia yang tidak loyalitas pada Allah SWT.

Fitrah anak
Mengutip tulisan Ihsan Baihaq Ibnu Bukhari, trainer di Auladi Parenting School mengatakan, setiap anak yang diturunkan ke dunia, lahir dalam keadaan fitrah bukan? Karena anak lahir dalam keadaan fitrah, bukankah berarti tak satupun anak ketika lahir berniat menghancurkan masa depannya.

Tak ada satupun bayi ketika lahir berniat dikepalanya, ”Ah jika besar nanti aku mau kena narkoba”; “Ah jika besar nanti aku mau hobi tawuran dan kebut-kebutan”. Atau pernahkan ia berkata, “Ah jika aku besar nanti aku mau membangkang pada ayah dan ibu!”

Tetapi mengapa sebagian anak-anak ini yang lahir cantik, rupawan, lucu dan menggemaskan setelah ia beranjak remaja dan dewasa, justru menjadi beban keluarga dan menjadi masalah untuk lingkungannya? Ada apa ini…

Ayah, ibu…karena anak lahir dalam keadaan fitrah, sebagian perilaku negatif anak, justru orangtualah penyebabnya. Periksalah ternyata sebagian anak justru dijatuhkan harga dirinya di rumah, bukan di luar rumah.

Karena sebagian anak dijatukah harga dirinya di rumah tanpa kita sadari. Sebagian anak tak betah berada disamping orang tua. Panas hatinya mendengar “ceramah-ceramah” orang tuanya dan overdosis nasehat yang ia terima.

Lalu, rumah baginya hanyalah tempat tidur sementara. Ia lalu mencari harga diri, berkelana mencari syurga. Mencari orang-orang yang akan menghargainya. Waahh...ternyata teman-teman geng bisa menghargainya. Lalu ia berkata dalam hati, ”hmm...aku dihargai jika aku pamer perkasa”; ”Aku ternyata perkasa jika menghisap ganja”; ”Aku gembira jika menyusahkan siapa saja...”. Lalu kita bersumpah serapah,”Lingkungan rusak! Mereka telah merenggut anak-anakku!”

Apakah itu yang kita inginkan wahai ayah, ibu? Yuk kita terus belajar memahami anak-anak kita, menjadi orang tua shalih. Karena anak shalih dimulai dari orang tua yang shalih bukan?***

Entri Populer

 
News & Artikel Abu Hylmi © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here