Diberdayakan oleh Blogger.
 
Senin, 19 November 2007

cerpen

0 komentar

Menggapai SE…


Bruug…! Kujatuhkan saja tubuhku ke kasur lipat di kosan. Letih rasanya untuk menyelesaikan skripsiku. Betapa tidak, sudah cape-cape nyusun skripsi, dibela-belain begadang sampai jam tiga pagi, eeh…enak-enaknya pak Karta selaku dosen pembimbing skripsiku mencorat-caret lembar-demi lembar halaman, nyaris tanpa beban salah dan dosa, seperti anak kecil yang sedang belajar menggambar.
“kamu BAB IV nya ulang lagi ! metodologi penelitiannya kurang pas, tehnik analisa datanya salah, subyek kurang fokus, hurufnya kurang ketepi, pokoknya semua lembar harus diganti!” pak Karta memberikan masukannya seiring dengan kelesuan yang menghinggapi tubuhku, komentarnya yang menukik semakin menambah kepenatan batok kepalaku. Aku hanya menunduk tidak berani mendongkakkan kepala menatap wajah pak Karta yang di kenal dengan sebutan The Killer Master.
Keringat dingin membanjiri kulit wajahku, ingin rasanya aku muntah tapi tak kuasa karena memang tadi pagi aku tak sempet sarapan. “Terus yang benar seperti apa pak?” sambil mengelap keringat yang menghiasi wajahku kuberanikan juga bertanya.
“Lha, ya tanya sama dosen metodologi penelitian, kalau untuk masalah riset penelitian bukan bidang bapak!”
Uhh! Tambah pening saja kepalaku, berputar-putar, kudapati diriku sedang naik pesawat terbang, kulihat awan-awan gelap, mendung. Yap, seperti mendungnya perjalanan menyelesaikan skripsi… brag! Suara meja ditepuk dengan keras membuyarkan aku dari imajinasi. “Kalau mau tidur bukan disini tempatnya, keluar sana…!” pak Karta menaikkan volume suaranya membuat aku terpental keluar ruangan.
Tembok besar masalah terpampang jelas di depan mata, dosen metodologi penelitian orangnya sulit ditemui, jam terbangnya tinggi, belum lagi sifatnya yang galak, kumisnya seperti pak Raden, plototan matanya bisa memicu andrenalin mahasiswa, satu aliran dengan pak Karta untuk urusan sadisme dan raja tega. Pernah dalam satu kelas nilai mata kuliah metodologi penelitian 50 persen mendapat D, 35 persen mendapat C, sisanya mendapat B. Pokoknya danger bin sereem…
Padahal aku merencanakan target untuk menyelesaikan skripsi sampai bulan september, lebih dari itu? Selamat untuk memperpanjang bimbingan skripsi, dengan membayar SPP bulanan plus dana bimbingan skripsi. Sepertinya gairah untuk menyelesaikan skripsi berhenti ditengah keterputusasaan, semangatku roboh seiring diobrak-abriknya skripsiku oleh dosen pembimbingku. Ya Robbi haruskan aku kalah dalam dinamika perjuangan ini?
Pemuda bangkit tegak bentang cakrawalamu…
Tepiskan kemalasan lepas belenggu dungu…
Suara grup Nasyid Izzatul Islam dari tape recorder ‘butut’ tetangga kos mengganggu istirahat siangku, setelah begadang semalaman merefisi BAB IV yang diobrak-abrik oleh pak Karta kemarin.
“Sepertinya aku harus bangkit dari rasa kemalasan yang meliputi jiwaku, dan aku harus menyelesaikan sekripsi ini,” kataku pada diri sendiri.
**
Kupacu motorku menuju base camp volunteer RZI, untuk rapat koordinasi persiapan MABIT umum relawan sekalian evaluasi organisasi. Di semester akhir ini aku diamanahi sebagai Kabid Kaderisasi, sebuah divisi yang mejadi salah satu tolak ukur keberhasilan organisasi. Padahal aku sudah menolak menjadi kabid, tapi forum memaksanya..!
Jam dua siang ini aku harus sampai di masjid Al-Ikhwan perum 1 Tangerang. Setiap pekan kedua dan keempat diadakan ta’lim, agenda ta'lim merupakan salah satu program divisi kaderisasi, sehingga aku bertanggung jawab penuh terhadap kelancaran acara tersebut, mulai dari mencari ustadz, ijin tempat sampai tema sentral ta'lim. Menjadi aktivis volunteer harus memperhatikan kondisi ruhiyahnya, karena keikhlasan menjadi dasar dalam gerak perjuangan. Kuikuti setiap agenda demi agenda dengan setengah konsentrasi. Pikiranku tertuju pada sosok dosen metodologi penelitian, kapan dan dimana aku harus menemuinya ? Kata para alumni orangnya sulit ditemui dan seandainya bisa janjian harus siapkan mental, karena salah ucap bisa-bisa disuruh keluar ruangan.
Kudapati diriku sedang berjalan di trotoar jalan, “oops...itukan mobilnya pa Raka dosen metodologi penelitian!” kataku dalam hati. “Wah dia menghentikan mobilnya dan melambaikan tangan kearahku, kata temen-teman dia bersedia menjadi konsultan saya. Kubalas dengan lambaian penuh semangat dan senyum merekah. Kepercepat langkah menuju kearahnya. Setelah sampai jarak satu meter, kuserahkan ketikan skripsi BAB IV untuk dimintai bimbingannya, sang dosen malah masuk mobil dan tancap gass...lho,...lho, pak! Kok pergi ? yaaah...!”
“Tetap semangat bahagiakan umat, Allahu Akbar!”
Salam relawan lagi-lagi menyadarkanku dari imajinasi. Ternyata ta'lim umum Relawan sudah selesai, dan menjadi tradisi di komunitas relawan RZI setiap selesai sebuah acara selalu di akhiri dengan salam relawan dan takbir, untuk selalu menjaga semangat biar terus menggelora dan jantung perjuangan tetap hidup.
Hari demi hari imajinasiku yang kian aneh. Sepertinya aku stres berat. Setelah acara ta'lim selesai khusus untuk Kabid masing-masing dilanjutkan dengan agenda rapat Baksos dengan tujuan Tanjung Kait, sebuah desa di pinggiraan pesisir pantai utara Tangerang, yang masih tergolong daerah minus. Dalam rapat tersebut aku dapat tugas berat. Dan tanpa sadar aku menyanggupinya.
Sebuah fenomena yang aku sendiri tidak bisa menjelaskan. Mahasiswa, Aktivis, IP tinggi, lulus cepat, organisasi hebat, adakah sosok seperti itu?
Sepertinya syair nasyid IZZIS menelanjangiku, dan menamparku. Seorang tunas muda harus bisa bangkit tegak dengan membentangkan cakrawala wawasan, dan siap mewarisi peradaban dunia. Dimana pemuda itu? Wahai Faris apakah kamu orangnya?
Cara lain yang bisa aku tempuh adalah mencari mahasiswa di kelas lain yang mata kuliah Metodologi Penelitian dapat A, dengan pendekatan sok kenal. Alhamdulillah, ikhtiarku mendapatkan hasil.
Setelah dapat data nama mahasiswa yang dapat nilai A, aku mencoba untuk beramah tamah, akhirnya aku kenalan sama anak Manajemen kelas VIII C yang lagi skripsi juga. Setelah janjian, ba'da Magrib aku datangi kosannya di Warung Mangga, kota Tangerang. ngobrol banyak, namanya juga PDKT.
Ternyata dia aktivis juga, tapi di ekstra kampus. Sebuah organisasi mahasiswa yang turut andil menggelindingkan roda reformasi dan menumbangkan rezim Orba. Dikenal dengan julukan 'raja demo' atau aktivis parlemen jalanan. Setelah bicara ngalor ngidul akhirnya ia nanyain juga skripsiku. Berharap menawarkan bantuan, kuceritakan tentang kelemahanku di bidang metode penelitian, dengan dosennya yang killer. Hingga muncul ibanya mengetahui kelemahanku, selanjutnya ?
z..z..z...ia tertidur di sampingku, mungkin kelelahan karena tadi pagi sampai sore hari bersama pasukannya turun kemasyarakat memberikan dirrect selling tentang pendidikan politik yang benar terkait dengan PILGUB Banten sebelum, keluar kata-kata “ya sudah nanti saya bantuin metode penelitiannya!”
kalimat pelipurlara itu, ternyata hanya angan khayalanku saja.
Kami sadari jalan ini, kan penuh onak dan duri
aral menghadang dan kezaliman yang akan kami hadapi...
Akhirnya aku menikmati juga alunan syair Izzatul Islam, seakan menjadi inspirasi untuk tetap istikomah di jalur perjuangan ini. Tetap semangat untuk menyelesaikan skripsi.
“Sesungguhnya setiap kesulitan ada kemudahan, dan Allah akan menguji manusia sesuai dengan kesanggupannya, jangan bersedih sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” begitu nasehat dari ustadz Lukman, ketika aku curhat tentang masalah yang sedang aku hadapi.
Adakah manusia yang sempurna?
Menjadi mahasiswa yang baik, aktivis yang baik, anak yang baik, bahkan bisa mencari nafkah sendiri? Atau harus memilih dari semua peran itu?
“Menjadi muslim yang lurus, kaffah, dan berwawasan luas. Baik secara aqidah, ruhiyah, fikriyah, dan jasadiyah adalah tujuan tarbiyah kita”, ustadz Lukman menyimpulkan materi sore ini.
Lalu, apakah kesalahan para aktivis selama ini adalah ketidakmampuan mereka menerjemahkan tujuan tersebut? Hingga kadang-kadang menjadikan kesibukan aktivitasnya untuk alasan pembenaran panjangnya waktu kuliah?
Setelah mendapat taujih dari ustadz semangatku kembali pulih, semangat itu mampu mencairkan 'darah' kemalasan yang selama ini menyumbat, dan mengalirkan darah segar keseluruh tubuh, mendetakkan jantung. Dan seakan aku mempunyai segunung azzam untuk menyelessaikan skripsi.
Kucoba mencintai angka, mencintai rumus-rumus, mencintai skripsi, mencintai pak Karta, mencintai buku metodologi penelitian yang bersanding mesra dengan buku-buku manajemen dan pemasaran.
Kutatap komputer yang selama ini aku cuekin, cepat-cepat ku on stabilizer, power di CPU, klik star, dengan winamp murotal surat-surat pilihan, suara Al-hafidz Al-Ghomidhi menyejukkan pikiran dan menentramkan jiwaku, ditemani oleh secangkir kopi capucino. Aku berazzam.
Dalam minggu ini aku harus menyelesaikan semua bab, kalau diterima. Awal bulan Agustus aku mengajukan sidang skripsi.
**
Sidang skripsi? Nggak takut!
Aku menunggu para dosen penguji, di teras ruang F1,1. Tak henti-hentinya aku berzikir dalam hati serta do'a supaya diberi kemudahan dalam sidang nanti. “Robbi sohli sodri wayasirli amri wahlul 'ukdatamillisani yafqohu qouli.” do'a yang diajarkan Nabi Musa ketika akan menyampaikan kalimat kebenaran. Adik-adik kelas yang lewat memberikan suport dan ucapan selamat padaku.
Sudah hampir dua jam aku menunggu pak Karta di teras ini. Perasaan gelisah mulai menghinggapiku. Ya tuhan! Di mana gerangan pak Karta? Andai aku punya alat yang dapat mendeteksi keberadaannya dan dapat meluluhkan kesadisan pak Karta!
Kulangkahkan kaki menuju kantor pendidikan, terlihat Bu Santi, staff TU. “Maaf Mas, pak Kartanya lagi ke Bandung. Pulangnya minggu depan..!”
“Apa.. ?? tidak!! tidak mungkin pak Karta menghilang seminggu! Ku 'tepok-tepok' pipiku, ini cuma imajinasikan? Aku protes kenyataan ini. Kurebahkan kubuh ke kasur lipat di kosan, dunia terasa gelap sekali.
Bertahanlah... istiqomah...
Bertahan dalam berjuang dan tetapkan keyakinan...keadilan pasti...
Tiba-tiba Syair nasyid Izzis terdengar dari tetangga kos, menerobos ke telingaku. Menggedor kesadaranku. Syair itu membuatku tak jadi tidur.
Kupandangi catatan dan data skripsi yang berserakan di lantai. Malam ini kurapikan semua arsip yang merangkum 4 tahun di jurusan Ekonomi Manajemen STIE Muhammadiyah. Aku harus menunjukan pada dunia bahwa aktivis bisa menyelesaikan masa kuliah dengan tepat waktu. Bisa meraih SE dengan bangga..!!
BSD City, 18 April 2007

Entri Populer

 
News & Artikel Abu Hylmi © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here