Diberdayakan oleh Blogger.
 
Minggu, 11 Oktober 2009

MCK Membuat Lega Warga Semper Timur

0 komentar
JAKARTA. Ibu Mardiyah, 42, kini tidak lagi pusing untuk urusan mandi, cuci, dan kakus (MCK). Sebuah sumur, empat buah kamar mandi, dan sebuah tempat cuci telah berdiri tidak jauh ari rumahnya.

“Asyik, enggak perlu jauh-jauh lagi. Mandi juga enggak perlu antre lama lagi,” seru ibu tiga anak warga RT 01/03 Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, itu kemarin. Ia tambah ceria saat melihat air di sumur tersebut cukup bening. Berbeda dengan yang ia pakai mandi selama ini dari sumur warga dengan membayar.

Bagi Mardiyah maupun warga RT 01/03 lainnya, urusan MCK adalah urusan besar. Banyak warga wilayah kumuh yang dikelilingi industri tersebut tidak memiliki sumur dan kakus di rumahnya. Untuk urusan buang hajat, mereka melakukannya sembarangan.

“Ada yang di kebun, ada juga yang menggali tanah, dan kemudian dikubur. Akibatnya, saat banjir, banyak yang kemudian timbul lagi,” jelas Riwanto, Mustahik Relation Officer Rumah Zakat Indonesia, yang memfasilitasi pembangunan MCK sumbangan Perum Pegadaian di wilayah tersebut.

Wilayah ini merupakan langganan banjir dengan ketinggian mencapai 50 cm. Bersamaan dengan naiknya air, sering pula plastik berisi kotoran manusia ikut mengambang. Kotoran itu masuk ke Rumah.

Saat banjir surut dan kantong plastic berisi kotoran manusia itu beredar di jalan raya, tidak jarang menimbulkan masalah. Pengendara mobil yang melindas kotoran tersebut sebal bukan kepalang karena terbawa ban sampai ke Rumah.

Agus Supriyono, Kepala Program Kemitraan dan Bina Lingkungan & Corporate Social responsibility (PKBL & CSR), beralasan wilayah Semper Timur dipilih karena termasuk kawasan miskin selain banyak yang tidak memiliki kakus di rumahnya.

Mereka menghabiskan dana sebesar Rp48 juta untuk program pembangunan MCK dan pengadaan air bersih. Dengan adanya empat kamar mandi yang juga digunakan sebagai kakus, masyarakat akan belajar hidup bersih dan sehat.

Selain di Semper Timur, program ini juga diadakan di Kulonprogo, Wonogiri, dan Gunung Kidul. Seluruhnya merupakan bagian dari integrated community development (ICD).

Agus mengatakan untuk pelaksanaan program tersebut pihaknya menyediakan dana Rp240 juta. Dana tersebut merupakan bagian dari CSR PT Pegadaian yang untuk tahun ini sebesar Rp30 miliar. MCK tersebut bisa digunakan warga secara gratis.

Namun salah satu warga, Asmawi, 56, khawatir riwayat MCK tersebut akan berakhir cepat seperti yang pernah ada bila penggunaannya tidak diawasi. “Sebelumnya juga program seperti ini sudah ada. Tidak berapa lama semua menjadi rusak. Bos perusahaan yang membuat MCK memang pesan kepada saya, tapi kan saya tidak bisa terus mengawasi,” ujarnya.

Untuk mengatasi hal itu, Riwanto berjanji tidak akan meninggalkan begitu saja. “Kami akan melakukan pembinaan, terutama pada ibu-ibu,” jelasnya. Dengan adanya pembinaan, pemeliharaan bisa tetap dilakukan warga sehingga MCK tetap terpelihara.***

Sumber : Media Indonesia (11/6), kolom Megapolitan

Entri Populer

 
News & Artikel Abu Hylmi © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here