Diberdayakan oleh Blogger.
 
Jumat, 09 November 2007

बुतुह keberanian

0 komentar

Butuh Keberanian Ekstra

Oleh : Cip

Salah satu sifat positif yang jarang dimiliki oleh manusia adalah soal keberanian, individu pemberani jumlahnya lebih sedikit dari pada individu yang penakut. Sejarah mencatat ketika Jalut bersama pasukannya mau menyerang rezim tirani Tholut ada sebagian pengikut Jalut membangkang dan tidak ikut berperang karena sudah takut terlebih dahulu melihat pasukan Tholut yang lebih banyak.

Ada cerita dari teman, yang akan memulai usaha. Teman saya yang baru di PHK dari pabriknya mendapat pesangon jutaan rupiah. Ada keinginan darinya untuk mengelola uang pesangon untuk memulai usaha, tetapi ada dialog hati dan logika berfikir, antara keinginan untuk merintis usaha dan bayangan ketakutan untuk memulai usaha karena khawatir usahanya akan gagal. Dari hasil ‘perenungan’ akhirnya bayangan ketakutan akan kegagalan dalam usaha lebih mendominasi logika berfikirnya. Dalam perusahaan pun pihak manajemen harus berani mengambil segala resiko dari aktifitas dan hasil produksinya, makanya untuk meminimalisir kerugian dilakukan dengan istilah manajemen resiko.

Dalam hidup memang kita harus berani mengambil resiko, kita sebagai umat manusia dilarang oleh Tuhan hanya menjadi manusia pasif, hanya menjadi penonton kehidupan tanpa adanya ruang gerak untuk mengisi kreatifitas sisi kehidupan. Dengan alasan untuk menghindari kesalahan, maka tidak berbuat apa-apa, Seperti bunyi sebuah iklan, nggak ada noda ya nggak belajar. Ketika kita dilahirkan di dunia maka ada semacam pernyataan : berani hidup harus berani mati,

Ternyata sifat ketakutan juga menghinggapi diri saya, ketika awal Syawal 1429 H kemarin tepatnya ketika saya pulang kampung untuk lebaran, membuat Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) selama studi empat tahun di Perguruan Tinggi Muhammadiyah untuk mencapai gelar Sarjana. Sebelum itu sebenarnya saya sudah mengajukan untuk segera mengakhiri masa lajangku. Tapi apa, setelah aku mengkomunikasikan dengan bapak saya via telepon, saya di tolak mentah-mentah. saya diperbolehkan nikah dengan dua persyaratan klasik yang sering dikemukakan oleh kebanyakan orang tua, yaitu : 1. Saya harus menyelesaikan skripsi, 2. Setelah lulus harus kerja dulu, alasan bapak sederhana, “anak istri saya nanti mau dikasih makan apa ? kalau saya belum kerja”.

Dengan dua persyaratan yang bapak ajukan memacu andrenalinku untuk segera menyelesaikan skripsi, kata para alumni nikmat rasanya menjadi seorang mahasiswa adalah ketika kita sedang berjuang menyelesaikan sekripsi, karena dibutuhkan kesabaran yang panjang, membuang jauh-jauh kemalasan. Dengan kurun waktu cuma tiga bulan saya ngebut untuk kejar head line, karena waktu bimbingan skripsi memang sisa tiga bulan lagi. Waktu tersebut harus saya manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kalau sampai tidak selesai, maka ada ucapan ledekan dari dosen, “selamat untuk berjumpa di semester berikutnya.” Alhamdulillah dengan ngelembur tiap malam, ketik keyboard sampe ‘kapalen’ akhirnya selesai juga, walau harus mata bengkak-bengkak bergadang sampai mejelang subuh. Kata bang Roma sih, boleh bergadang asal ada manfaatnya. Satu rim kertas habis juga untuk terus mengadakan perbaikan. Dengan pertolongan dari Robb yang Maha Sayang akhirnya selesai juga sekripsiku, walau hanya dengan nilai B.

Kini satu persyaratan sudah saya penuhi, ada rasa kepercayaan diri yang memenuhi rongga dadaku. Momen lebaran saat berkumpul dengan keluarga tidak aku sia-siakan untuk mengungkapkan rencanaku. Sepanjang perjalanan saya selalu menggambarkan bagaimana ketika berhadapan dengan bapak untuk meminta SIM. Liburan selama 7 hari menjadi hari yang menegangkan bagiku. Hari-hari, dan jam-jamnya adalah ketidakberdayaan dan ketidakberanian saya untuk menyampaikan maksud dan keinginanku. Dulu semasa kuliah setiap aksi massa saya selalu menjadi oratornya, setiap ada diskusi saya selalu menghidupkan suasana. Tidak kikuk dan gerogi ketika menghadapi masa banyak. Tapi, keberanian itu seakan atau memang benar-benar hilang dalam diriku. Mau mengucap saja lidah terasa kelu, bibir kaku, hati berdetak hebat. Laksana dikejar anjing galak. Keberanian yang bersemayam disanubariku hilang teratur.

…(BERSAMBUNG)…

Entri Populer

 
News & Artikel Abu Hylmi © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here