Wahai saudaraku yang mulia, ketika kita disibukkan dengan aktifitas amal Islami, manajemen berbagai kebutuhan dan keperluan, serta memikirkan semuanya. amal-amal tersebut sangat menyita waktu dan pikiran, sehingga tiada lagi waktu bagi amal hati, serta perhatian yang harus diberikan kepadanya.
Sesunguhnya, seorang Muslim berjalan kepada Allah dengan hatinya, bukan dengan anggota badannya. kedudukan anggota badan dalam kebaikan tidak lain adalah sebagai refleksi dari shalihnya hati dan keinginannya untuk melakukan kebaikan. tersitanya waktu ini tentu akan mengakibatkan berkurangnya kualitas, sehingga akan berkuranglah sebagian dari makna iman batin dari hati.
Keikhlasan kepada Allah mungkin pada suatu masa, seorang aktifis akan mencari-cari keikhlasan yang dimilikinya di awal-awal iltizamnya. ada yang mungkin berkurang dari seorang aktifis diantaranya : kejujuran, keyakinan, kezuhudan, tawakal, ketundukan, dan mahabbahnya.
Seiring dengan lemahnya iman, maka bersamaan dengan itu komitmen dengan Islam dan jama'ah akan memudar, mudah menyepelekan amal Islami, meremehkan aktifitas tarbiyah (liqo'at). wahai saudaraku yang mulia, para sahabat Nabi sangat merasa bersalah dan merugi apabila tidak mengikuti halaqoh Rasulullah SAW walau hanya satu kali pertemuan, para sahabat sangat merindukan tausyiah Rasulullah agar baterai iman dan komitmen mereka selalu di charge.
Bagaimana dengan kondisi kita sekarang? sebagian kita mungkin merasa biasa dan merasa tidak bersalah kalau tidak menghadiri halaqoh. atau mungkin meremehkan, dan menganggap aktifitas tarbiyah sebagai kegiatan sampingan? sesungguhnya urusan Dien dan Islam bukanlah urusan main. Allah berfirman : " mereka menyangkanya remeh, padahal menurut Allah itu sangat besar." (An-Nur:15).
Wahai saudaraku yang mulia, Amal Islami bukanlah aktifitas yang cukup dikerjakan di saat anda mempunyai waktu luang dan bisa ditinggalkan disaat sibuk..Tidak..? amal islami terlalu agung dan mulia bila diperlakukan seperti itu.
Islam bukanlah klub Ilmiah yang dikerjakan saat masih mahasiswa, lalu ditinggalkan saat lulus. atau dikerjakan saat masih bujang dan boleh ditinggalkan setelah menikah. perkara amal islami sebenarnya sama dengan perkara ibadah kepada Allah yang sebenarnya. oleh karena itu seorang muslim tidak boleh melepaskan diri dari amal Islami kecuali bersamaan dengan keluarnya ia dari kehidupan ini. Allah berfirman :"Sembahlah Robbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (kematian)." (Al-Hijr:99).
Untuk itu, wahai saudaraku yang mulia, berhentilah sejenak diterminal kehidupan, mari kita ukur kembali kadar keimanan kita serta komitmen kita terhadap jamaah. sehingga fenomena putus asa pada diri sebagian aktifis Islam atau keterpurukan mereka dikubangan syubhat dan syahwat disebabkan mereka kurang memperbaharui iman. dan ini adalah tanggung jawab bersama antar pribadi, qaid, dan jamaah itu sendiri.
Minggu, 30 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri Populer
-
Saat kumandang azan Dhuhur bergema di langit Parung Bogor, seorang pria paruh baya bergegas meninggalkan perkebunan jambu biji menuju...
-
Sebanyak 11 relawan Rumah Zakat diterjunkan untuk membantu warga sekitar kali Code, tepatnya di Bawah jembatan Kewek kelurahan Tegal Pangg...
-
Wiwin (41) adalah satu dari 200 warga yang mengikuti Program Pemberdayaan Peternak Rumah Zakat di Sentra Pemberdayaan Agro Oray Tapa Mekarma...
-
KOTA TANGSEL – Sebagai jawaban atas dunia pendidikan di negeri kita yang seperti tak henti-henti dirundung duka dan prahara. Quranic ...
-
JAKARTA SELATAN (30/7). Wajah Fadlan, 7, kini terlihat sumringah karena harapan setahun lalu untuk menjadi siswa sekolahan dan merasakan dud...
Assalamu'alaikum
Apa kabar mas Cipto? Maaf ye aku jarang online coz gak ada fasilitas YM :).. bagaimana perkembangan terakhir? Sukses ya dengan kegiatan antum skrg
Wassalam